tw//accident, blood

Waktu istirahat telah tiba mereka semua duduk di meja kantin menghadap satu sama lain sambil mengobrol santai.

“Gimana Adisa?” tanya Haikal

“Gue belum ke kelas nya, laper banget makanya kesini dulu tadi, rencana abis ini kesana.” ujar Afnan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Haikal.

“Ikutan dong” Sahut Renzi

“Ya kan ntar kita berempat, yang cewe cewe gausah” Bukan Afnan melainkan Jean yang menjawab.

“Idih, siapa juga yang mau ikut” sambar Naura saat mendengar perkataan Jean

“Eh anyway, Adisa kelas apa dah?” tanya Naura penasaran.

Afnan menyeruput kopinya “Anak IPS, kelas 11 IPS 3”

”Lah? Kalian harus ke gedung ips dong?” giliran Ansel bertanya

“Iyalah”

Sesaat setelahnya Ansel terlihat mengangguk mengerti.

“HYEE GUYSSS!!!” teriakan nyaring itu terdengar dan memecahkan keheningan orang orang yang sedang menikmati makanan di meja itu.

“Waduh, nenek lampir dateng” bisik Afnan kepada temannya.

“Duluan deh gue” Afnan langsung berdiri diikuti dengan Renzi, Haikal, lalu Jean.

Kania mencekal tangan Afnan “Loh kok pergi, makanan kalian juga belum abis”

Afnan melirik makanannya sekilas lalu mengibaskan lengan tangannya. Tanpa berbicara Afnan memasukkan tangannya kedalam saku lalu segera berjalan menyusul temannya.

Kania mengecurutkan bibirnya kesal “Kok mereka pergi sih”

Sesaatnya Kania melihat Ansel dan Naura sedang berkutat dengan ponsel nya masing masing “Heh kalian! Ini pasti gara gara kalian kan mereka jadi gasuka sama aku.”

“Disini hawanya panas ya, Nau. Balik ke kelas yuk” ucap Ansel kepada Naura sambil tersenyum.

“Ayo dah, lagian cowo cowo kita udah gak ada disini” Jawab Naura sambil menekankan kata KITA.

Kania terlihat mengeluarkan airmata buayanya “Ih, jahat banget sih”

“Jangan nangis, malu maluin. Kalau mau ikut ke kelas ya ayo” bisik Ansel kepada Kania.

Ansel dan Naura segera meninggalkan kantin, saat perjalanan menuju kelas Ansel merasa ia ingin pergi terlebih dahulu kedalam toilet untuk buang air kecil.

“Duluan aja, Nau. Gue pengen pipis bentar”

“Gue tungguin deh.”

“Gak usah, duluan aja. Mau bel ini tinggal 5 menit”

“Oh yaudah deh, hati hati lo”

“Yeuu, lo pikir gue mau kemana”

Saat Ansel ingin pergi ke kelasnya karena bel sudah berbunyi, Ansel melewati tangga untuk menuju ke kelas nya, betapa terkejutnya ia saat ada tangan yang menarik rambutnya. Ansel hampir terhuyung ke belakang dan kehilangan keseimbangan. Saat ia berbalik badan, Ansel melihat Kania tepat di belakang nya sambil menyilangkan tangan di dada dengan tatapan tidak bersalah.

“Apaan si lo, Kan”

Kania memutar bola matanya malas “Lo ngomong apa sama mereka anjing, kenapa mereka jadi ga percaya sama gue lagi”

“Salah lo sendiri suka fitnah fitnah orang”

“Mereka ga akan benci gue kalau lo ga ngomong yang sebenernya.”

“Lah? Emang ada orang yang ngebiarin mereka difitnah? Kalau ada ya emang goblok”

“Lo gak usah ngerasa paling keren deh, lo itu cuma anak orang miskin ya gak tau tata krama. So, gak usah berlagak kalau lo itu hebat karena udah dapet kepercayaan dari mereka.” Kania berucap

“Hah? Dari awal gue juga udah dapet kepercayaan dari mereka kali, lo aja yang mau rebut itu semua.” ucap Ansel sambil tertawa kecil

“Gak usah ngerasa lo menang, lo itu cuma anak orang miskin, orang tua lo kemana? Kok lo gak pernah nunjukin? Jangan jangan, bokap lo narapidana? Terus nyokap lo itu pelacur? Dan lo ternyata anak pelacur? Wahh pantes aja anaknya berani gini”

Ansel dengan perasaan marah menggebu-gebu langsung menampar pipi Kania dengan tamparan yang tidak bisa dibilang pelan ”Jaga omongan lo ya anjing, lo out of topic tau gak? Lo tadi bahas apa? Kenapa jadi bawa bawa orang tua gue bajingan.”

Kania memegang pipi nya sambil meringis pelan “Kan, lo aja kasar kaya gini, haha. Dasar anak pelacur.”

“Bajingan.” Ansel langsung menjambak rambut Kania dengan sekuat mungkin. Kania yang tak terima juga menjambak rambut Ansel.

“Sakit bangsat, lepasin rambut gue!!!!” teriak Kania sesaat kemudian ide kecil terlintas di benak Kania, ia menyunggingkan senyumannya dan

AKHHHH!!!!

Kania sengaja menjatuhkan dirinya ke tangga.

“ANJING! KANIA!!” Ansel berteriak lalu segera berlari turun tangga. Terlihat tubuh kania yang sudah bersimbah darah yang mengucur dari kepala nya.

Semua orang yang mendengar teriakan itu langsung berlari meninggalkan pelajaran dan lalu melihat keadaan Kania yang sudah mengenaskan dibawah tangga.

“ASTAGHFIRULLAH, YA ALLAH KUMAHA TIASA JADI KIEU. Ansel kamu teh keur naon? Naha jadi begini ya Allah” Ucap heboh salah satu guru disana

“Bu, Ansel gak tau, Ansel ga ngapa ngapain”

“Ya Allah Ansel, pak pak gotong bawa kerumah sakit” ucap guru perempuan itu lalu menarik tangan Ansel untuk menjauh.

Dari kejauhan seseorang yang sedari tadi melihat merekam pertengkaran itu “Lo bodoh.” ucap orang itu lalu berjalan pergi.

“Apa yang kamu lakukan Ansel? Kenapa bisa kejadian seperti ini.” tanya guru perempuan itu

“Saya gak tau bu, saya berani sumpah, saya gak tau kenapa dia bisa jatuh”

“Bohong, kamu tadi sama dia kan? Kenapa kamu bisa gak tau”

“Saya beneran gak tau bu” ucap Ansel yang sudah terisak

“Saya akan cek cctv”

“Gak perlu bu, di tangga gak ada cctv” ucap Afnan yang tiba tiba sudah ada di depan mereka saat guru itu hendak pergi keruang cctv.

“Oh iya, ibu baru ingat terus gimana saya bisa tau kejadian aslinya” ucap guru itu sambil menggaruk tengkuknya.

Afnan hanya menatap guru itu datar “Saya mau bicara sama Ansel, ibu boleh pergi sebentar?”

“Oh iya iya, saya akan coba liat cctv lainnya”

Afnan menarik tangan Ansel untuk menjauh dari murid lainnya.

“Lo kenapa ngedorong dia sih” tanya Afnan

“Gue gak dorong dia bang! Dia jatuh sendiri!” jawab Ansel

“Gue tau tadi lo berantem kan sama dia? Lo ngejambak rambut dia kan?”

“Oke! Itu emang bener, tapi gue ga dorong dia!!”

“Biar apa sih berantem? Keren lo?”

Ansel hanya terdiam menunduk sambil menangis tanpa suara.

“JAWAB!! KEREN LO BEGITU ANSEL?!!” ucap Afnan emosi sambil memegang bahu Ansel

“LO INGET KAN?! PAPA GAK PERNAH NGAJARIN KITA BUAT MAIN FISIK! KENAPA MALAH LO DORONG ITU ANAK??!! Gue tau lo gak suka sama dia tapi LO JANGAN PAKE KEKERASAN KAYA GITU, NYAWA ORANG LOH, SEL!!!” teriak Afnan menggebu gebu

Ansel yang mendengar bentakan itu semakin menangis dia tidak menyangka bahwa Afnan bisa berkata sedemikian rupa kepadanya “B-beneran bukan g-gue bangg”

Afnan memukul tembok di depannya hingga tangannya mengeluarkan darah “AKHHH!! KENAPA LO GINI SIH, SEL”

Ansel hanya bisa terisak“Lo tanya aja sama Kania kalau udah sadar, gue mau ke rumah sakit”

“Gak usah ke rumah sakit, lo bikin tambah rumit nanti, lo bakal tambah di maki maki sama yang lain” ujar Afnan

“Ya terus? Disini juga udah lo maki maki.” ucap Ansel lalu melangkah pergi.

Afnan mencekal tangan Ansel “Jangan sekarang, gue bakal kesana, lo tunggu aja kabar dari gue. Mereka gak bakal percaya sama lo. Lo mau ngomong kalau lo bukan pelakunya 100x pun mereka bakal tetep gak percaya.”

Ansel mengibaskan pergelangan tangannya yang di sentuh oleh Afnan. “Lepas.” setelah nya Ansel pergi melangkah meninggalkan Afnan. Ansel mengikuti perintah Afnan, ia memilih kembali kerumah, karena yang di katakan Afnan ada benarnya mereka tidak akan percaya kepada Ansel.